Rabu, 29 April 2015

tugas analisis transaksional bab 5



Tugas Analisis Transaksional (Bab 5)

Unsur-unsur Analisis Transaksional:

1.    Ego state child
Pernyataan ego dengan ciri kepribadian anak-anak seperti bersifat manja, riang, lincah dan rewel. Tiga bagian dari ego state child ini ialah: 
a)   Adapted child (kekanak-kanakan)
Unsur ini kurang baik ditampilkan saat komunikasi karena banyak orang tidak menyukai dan hal ini menujukkan ketidak matangan dalam sentuhan.
b)   Natural child (anak yang alamiah)
Natural child ini banyak disenangi oleh orang lain karena sifatnya yang alamiah dan tidak dibuat-buat serta tidak berpura-pura, dan kebanyakan orang senang pada saat terjadinya transaksi.
c)    Little professor
Unsur ini ditampilkan oleh seseorang untuk membuat suasana riang gembira dan menyenangkan padahal apapun yang dilakukannya itu tidaklah menunjukkan kebenaran.
2.    Ego state parent
Ciri kepribadian yang diwarnai oleh siafat banyak menasehati, memerintah dan menunjukkan kekuasaannya. Ego state parent ini terbagi dua yaitu:
a)    Critical parent
Bagian ini dinilai sebagai bagian kepriadian yang kurang baik, seperti menujukkan sifat judes, cerewet, dll.
b)   Nurturing parent
Penampilan ego state seperti ini baik seperti merawat dan lain sebagianya.
3.    Ego state adult
Berorientasi kepada fakta dan selalu diwarnai pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana.
   Dengan demikian untuk kita ketahui bahwa dalam tiap individu ego state yang tiga diatas berbeda-beda kadarnya dalam diri setiap individu. Berapa banyak ego state yang ada dalam individu akan mempengaruhi tingkah laku orang tersebut.
Berdasarkan keberadaan ego state terdapat tiga komposisi yang ada dalam diri individu adalah:
1.  Ego state normal
Sesuai dengan situasi dan kondisi dimana orang itu berada. Penampilan ego state yang normal ini dapat dilihat dalam suasana yang serius.
2.  Ego state kaku
Ego state yang ditmpilaknnya tidak berbeda tetapi hanya satu saja.
3.  Ego state cair
Tidak ada batasan antara penampilan ego state yang satu dengan yang lain.

Teknik Terapi Analisis transaksional:

            Analisis transaksional pada dasarnya adalah suatu penjabaran atas apa yang dilakukan dan dikatakan oleh orang-orang terhadap satu sama lain. Apapun yang terjadi di antara orang-orang melibatkan suatu transaksi di antara perwakilan-perwakilan ego mereka. Ada tiga tipe transaksi: komplementer (seseorang memperoleh respon yang diperkirakan diberikan perwakilan ego orang lain), menyilang (respon yang diterima tidak diharapkan diberikan pada suatu pesan), dan terselubung ( transaksi yang kompleks, lebih dari satu perwakilan ego terlibat serta adanya pesan terrselubung pada orang lain).

Konsep Utama Terapi Analis Transaksional

Menurut Gerald Corey Analisis Transaksional berakar pada filosofi antideterministik. Analisis ini juga mengakui bahwa mereka dipengaruhi oleh harapan serta tuntutan oleh orang lain yang signifikan baginya, terutama oleh karena keputusan yang terlebih dulu telah dibuat pada masa hidupnya mereka pada saat mereka sangat tergantung pada orang lain. Tetapi keputusan dapat ditinjau kembali dan ditantang, dan apabila keputusan yang telah diambil terdahulu tidak lagi cocok, bisa dibuat keputusan baru.
Transaksional antara lain: status ego, belaian, atau perintah, pembentukan naskah, permainan, dan posisi hidup.

sumber:

Correy, Gerald. 2003. Teori dan praktek dari konseling dan psikoterapi. Edisi ke 4. Diterjemahkan oleh : E. Koeswara. Bandung : Refika Aditama.

Palmer, Stephen. (2011). Konseling dan Psikoterapi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

tugas logo terapi (frankl) bab 4








Tugas Logo Terapi (Frankl) (Bab 4)

Unsur Logo Terapi:
                Frankl menggunakan noös yang berarti jiwa/pikiran. Bila psikoanalisis terfokus pada psikodinamik, yakni manusia dianggap berusaha mengatasi dan mengurangi ketegangan psikologis. Namun, Frankl menyatakan seharusnya lebih mementingkan noödinamik, yaitu ketegangan menjadi unsur penting bagi keseimbangan dan kesehatan jiwa. Bagaimana pun, orang menginginkan adanya ketegangan ketika mereka berusaha mencapai tujuan.

Teknik logoterapi:
Teknik yang dikenal dengan intensi paradoksal, yang mampu menyelesaikan lingkaran neurotis yang disebabkan kecemasan anti sipatori dan hiper-intensi. Intensi paradoksal adalah keinginan terhadap sesuatu yang ditakuti.

Teknik terapi Frankl yang kedua adalah de-refleksi. Frankl percaya bahwa sebagian besar persoalan kejiwaan berawal dari perhatian yang terlalu terfokus pada diri sendiri. Dengan mengalihkan perhatian dari diri sendiri dan mengarahkannya pada orang lain, persoalan-persoalan itu akan hilang dengan sendirinya

Konsep Logoterapi:
Pandangan Frankl tentang kesehatan psikologis menekankan pentingnya kemauan akan arti. Tentu saja ini merupakan kerangka, di dalamnya segala sesuatu yang lain diatur. Frankl berpendapat bahwa manusia harus dapat menemukan makna hidupnya sendiri dan kemudian setelah menemukan mencoba untuk memenuhinya. Bagi Frankl setiap kehidupan mempunyai makna, dan kehidupan itu adalah suatu tugas yang harus dijalani. Mencari makna dalam hidup inilah prinsip utama teori Frankl yang dinamakan Logoterapi. Logoterapi memiliki tiga konsep dasar, yakni kebebasan berkeinginan, keinginan akan makna, dan makna hidup.
Logoterapi awalnya ialah suatu metode psikoterapi untuk menangani orang-orang yang kehidupannya kehilangan arti. Logoterapi lebih menekankan teknik daripada teori. Akan tetai seperti dikemukakan Frankl, sesuatu yang tidak berdasarkan teori tentang kodrat manusia dan filsafat kehidupan tidak dapat menjadi bentuk psikoterapi (sama seperti ahli-ahli teori lain, kita akan memusatkan perhatian di sini hanya pada teori kepribadian, bukan pada teknik-teknik yang dipakai oleh ahli teori untuk mengubah kepribadian).

Sumber:
Frankl. Emil. 2004. On the theory and therapy of mental disorders: an introduction to logotherapy and existential analysis.New York: Brunner-Routledge 270 Madison Avenue

tugas person centered therapy (rogers) bab 3




Tugas Person Centered Therapy (Rogers) (Bab 3)

Unsur terapi:

1.      Peran Terapis
Menurut Rogers, peran terapis bersifat holistik, berakar pada cara mereka berada dan sikap – sikap mereka, tidak pada teknik – teknik yang di rancang agar klien melakukan sesuatu. Penelitian menunjukkan bahwa sikap – sikap terapislah yang memfasilitasi perubahan pada klien dan bukan pengetahuan, teori, atau teknik – teknik yang mereka miliki. Terapis menggunakan dirinya sendiri sebagai instrument perubahan. Fungsi mereka menciptakan iklim terapeutik yang membantu klien untuk tumbuh. Rogers, juga menulis tentang I-Thou. Terapis menyadari bahasa verbal dan nonverbal klien dan merefleksikannya kembali. Terapis dan klien tidak tahu kemana sesi akan terarah dan sasaran apa yang akan di capai. Terapis percaya bahwa klien akan mengembangkan agenda mengenai apa yang ingin di capainya. Terapis hanya fasilitator dan kesabaran adalah esensial.
2.      Tujuan Terapis
Rogers berpendapat bahwa terapis tidak boleh memaksakan tujuan – tujuan atau nilai – nilai yang di milikinya pada pasien. Fokus dari terapi adalah pasien. Terapi adalah nondirektif, yakni pasien dan bukan terapis memimpin atau mengarahkan jalannya terapi. Terapis memantulkan perasaan – perasaan yang di ungkapkan oleh pasien untuk membantunya berhubungan dengan perasaan – perasaanya yang lebih dalam dan bagian – bagian dari dirinya yang tidak di akui karena tidak diterima oleh masyarakat. Terapis memantulkan kembali atau menguraikan dengan kata – kata pa yang di ungkapkan pasien tanpa memberi penilaian.

Teknik-teknik Terapi :

            Pengungkapan dan pengomunikasian penerimaan, respek, dan pengertian, serta berbagai upaya dengan klien dalam mengembangkan kerangka acuan internal dengan memikirkan, merasakan, dan mengeksplorasi. Menurut pandangan pendekatan Client-Centered, penggunaan teknik-teknik sebagai muslihat terapis akan mendepersonalisasikan hubungan terapis klien.
Teknik-teknik harus menjadi suatu pengungkapan yang jujur dari terapis, dan tidak bisa digunakan secara sadar diri, sebab dengan demikian terapis tidak akan menjadi sejati. Konkritnya, menurut Corey wawancara merupakan tekhnik utama dalam konseling. Bahkan penyembuhan diri konseling sendiri dilakukan melalui akibat tidak langsung dari proses diskusi antara konselor dan konseling.

Konsep Terapi:

1.      Terapis menghargai tanggung jawab pasien terhadap tingkah lakunya sendiri
2.      Terapis mengakui bahwa pasien dalam dirinya sendiri memiliki dorongan yang kuat untuk mengerakkan dirinya kearah kematangan serta independensi, dan terapis menggunakan kekuatan ini dalam usahanya sendiri
3.      Menciptakan suasana yang hangat dan memberikan kebebasan yang penuh dimana pasien dapat mengungkapkan apa saja yang diinginkan
4.      Membatasi tingkah laku tetapi bukan sikap
5.      Terapis membatasi kegiatannya untuk menunjukkan pemahaman dan penerimaan terhadap emosi –emosi yang sedang diungkapkan pasien yang mungkin dilakukannya
6.      Terapis tidak boleh bertanya, menyelidiki, menyalahkan, memberikan penafsiran, nasihat, mengajarkan, membujuk, meyakinkan kembali pasien

sumber :
Semium,Y.(2006), Kesehatan Mental 3.Yogyakarta: Kanisiun
Corey, G. (2003).Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT.Refika Aditama

tugas person centered therapy rogers bab 3




 

Tugas Person Centered Therapy (Rogers) (Bab 3)

Unsur terapi:

1.      Peran Terapis
Menurut Rogers, peran terapis bersifat holistik, berakar pada cara mereka berada dan sikap – sikap mereka, tidak pada teknik – teknik yang di rancang agar klien melakukan sesuatu. Penelitian menunjukkan bahwa sikap – sikap terapislah yang memfasilitasi perubahan pada klien dan bukan pengetahuan, teori, atau teknik – teknik yang mereka miliki. Terapis menggunakan dirinya sendiri sebagai instrument perubahan. Fungsi mereka menciptakan iklim terapeutik yang membantu klien untuk tumbuh. Rogers, juga menulis tentang I-Thou. Terapis menyadari bahasa verbal dan nonverbal klien dan merefleksikannya kembali. Terapis dan klien tidak tahu kemana sesi akan terarah dan sasaran apa yang akan di capai. Terapis percaya bahwa klien akan mengembangkan agenda mengenai apa yang ingin di capainya. Terapis hanya fasilitator dan kesabaran adalah esensial.
2.      Tujuan Terapis
Rogers berpendapat bahwa terapis tidak boleh memaksakan tujuan – tujuan atau nilai – nilai yang di milikinya pada pasien. Fokus dari terapi adalah pasien. Terapi adalah nondirektif, yakni pasien dan bukan terapis memimpin atau mengarahkan jalannya terapi. Terapis memantulkan perasaan – perasaan yang di ungkapkan oleh pasien untuk membantunya berhubungan dengan perasaan – perasaanya yang lebih dalam dan bagian – bagian dari dirinya yang tidak di akui karena tidak diterima oleh masyarakat. Terapis memantulkan kembali atau menguraikan dengan kata – kata pa yang di ungkapkan pasien tanpa memberi penilaian.

Teknik-teknik Terapi :

            Pengungkapan dan pengomunikasian penerimaan, respek, dan pengertian, serta berbagai upaya dengan klien dalam mengembangkan kerangka acuan internal dengan memikirkan, merasakan, dan mengeksplorasi. Menurut pandangan pendekatan Client-Centered, penggunaan teknik-teknik sebagai muslihat terapis akan mendepersonalisasikan hubungan terapis klien.
Teknik-teknik harus menjadi suatu pengungkapan yang jujur dari terapis, dan tidak bisa digunakan secara sadar diri, sebab dengan demikian terapis tidak akan menjadi sejati. Konkritnya, menurut Corey wawancara merupakan tekhnik utama dalam konseling. Bahkan penyembuhan diri konseling sendiri dilakukan melalui akibat tidak langsung dari proses diskusi antara konselor dan konseling.

Konsep Terapi:

1.      Terapis menghargai tanggung jawab pasien terhadap tingkah lakunya sendiri
2.      Terapis mengakui bahwa pasien dalam dirinya sendiri memiliki dorongan yang kuat untuk mengerakkan dirinya kearah kematangan serta independensi, dan terapis menggunakan kekuatan ini dalam usahanya sendiri
3.      Menciptakan suasana yang hangat dan memberikan kebebasan yang penuh dimana pasien dapat mengungkapkan apa saja yang diinginkan
4.      Membatasi tingkah laku tetapi bukan sikap
5.      Terapis membatasi kegiatannya untuk menunjukkan pemahaman dan penerimaan terhadap emosi –emosi yang sedang diungkapkan pasien yang mungkin dilakukannya
6.      Terapis tidak boleh bertanya, menyelidiki, menyalahkan, memberikan penafsiran, nasihat, mengajarkan, membujuk, meyakinkan kembali pasien

sumber :
Semium,Y.(2006), Kesehatan Mental 3.Yogyakarta: Kanisiun
Corey, G. (2003).Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT.Refika Aditama